Sosiologi Pendidikan
Tentang
Kepribadian Guru
Aditya Candra (13-100-365)
Nova Septianis (13-100-)
Meli Erliza (13-100-)
Dosen Pembimbing :
Siti Aisyah
PRODI : PGSD
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
NASIONAL PAUH KAMBAR
Tahun Ajaran 2014/2015
KATA
PENGANTAR
Sungai Limau,25 November 2014
Dosen Pembimbing
Siti Aisyah,S.Pd,M.Pd
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………….……………………1
DAFTAR ISI.......................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang…………………………………………………………………3
B.
Rumusan Masalah ……………………………………………………………..3
C.
Tujuan Penulisan ………………………………………………………………3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Guru dan Kepribadi Guru………………………………………..4
B. Perkembangan
Kepribadian Guru…………………………………………….6
C. Ciri-ciri
Steorotip Guru……………………………………………………….8
D. Ketegangan
dalam Profesi Guru……………………………………………..9
E. Memilih
Jabatan Guru………………………………………………………..11
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan…………………………………………………………………….12
B.
Saran…………………………………………………….……………………..12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..13
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar
Belakang
Salah satu
penyebab rendahnya moral/ahlak generasi saat ini adalah rendahnya moral
para guru dan orang tua. Kecenderungan tugas guru hanya mentransfer ilmu
pengetahuan tanpa memperhatikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam ilmu
pengetahuan tersebut, apalagi kondisi pembelajaran saat ini sangat berorientasi
pada perolehan angka-angka sebagai standarisasi kualitas pendidikan.
Setiap orang yang pernah sekolah, pastilah berhubungan dengan guru dan
mempunyai gambaran tentang kepribadian guru. Walaupun gambaran tentang guru
tidak lengkap dan mungkin tidak benar seluruhnya, namun orang akan berinteraksi
dengan guru.
Guru adalah
pribadi yang menentukan maju atau tidaknya sebuah bangsa dan peradaban manusia.
Ditangannya, seorang anak yang awalnya tidak tahu apa-apa menjadi pribadi
jenius. Melalui sepuhannyalah, lahir generasi-generasi unggul. Maka dari itu,
didalam makalah ini akan dibahas tentang kepribadian guru.
B. Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang diatas,
maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan guru dan kepribadian guru ?
2. Bagaimana perkembangan kepribadian guru ?
3. Apa saja ciri-ciri stereotip guru ?
4. Bagaimana ketegangan dalam profesi keguruan ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan pembahasan dalam
makalah adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian guru dan kepribadian guru
2. Untuk mengetahui perkembangan kepribadian guru
3. Untuk mengetahui ciri-ciri stereotip guru
4. Untuk mengetahui ketegangan dalam profesi keguruan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Guru dan Kepribadian Guru
1. Pengertian
Guru
Menurut kamus
besar bahasa Indonesia guru adalah seorang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)
mengajar. Dalam bahasa Arab disebut mu’allim dan dalam bahasa Inggris disebut Teacher. Semua memiliki arti yang sederhana yakni "A Person
Occupation is Teaching Other" artinya guru ialah seorang yang pekerjaannya
mengajar orang lain.
Sedangkan arti
secara umumnya, guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia
dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah, dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
2. Kepribadian
Guru
Ada beberapa
pengertian kepribadian menurut ahli sosiologi, diantaranya:
a) Menurut Horton (1982)
Kepribadian adalah keseluruhan sikap,
perasaan, ekspresi dan tempramen seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan
tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika di hadapan pada
situasi tertentu.
b) Menurut Schever Dan Lamm (1998)
Kepribadian adalah sebagai keseluruhan
pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri khas dan prilaku seseorang. Pola berarti
sesuatu yang sudah menjadi standar atau baku, sehingga kalau di katakan pola
sikap, maka sikap itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten dalam
menghadapai situasi yang di hadapi.
Seorang guru
memiliki sikap yang dapat mempribadi sehingga dapat dibedakan ia dengan guru
yang lain. Kepribadian menurut Zakiah Darajat disebut sebagai sesuatu yang
abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan,
tindakan, atau ucapan ketika menghadapi suatu persoalan.
Kepribadian
mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa
setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian
seseorang. Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan
meningkatkan dan kepribadian seseorang. Begitu naik kepribadian seseorang maka
akan naik pula wibawa orang tersebut.
Guru hendaknya
memiliki kepribadian, yaitu diantaranya:
1.
Kepribadian yang mantap dan stabil:
Bertindak sesuai dengan norma hukum
Bertindak sesuai dengan norma sosial
Memiliki konsisten dalam bertindak
2.
Kepribadian berakhlak mulia:
Berakhlak mulia dan menjadi teladan
Memiliki perilaku yang diteladani oleh peserta didik
3.
Kepribadian yang dewasa:
Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik
Memiliki etos kerja sebagai guru
4.
Kepribadian yang arif:
Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik,
sekolah dan masyarakat
Menunjukkan dalam berfikir dan bertindak
5.
Kepribadian yang berwibawa:
Memiliki perilaku yang bersifat positif terhadap peserta didik
Memiliki perilaku yang disegani
Kepribadian
akan turut menentukan apakah para guru dapat disebut sebagai pendidik yang baik
atau sebaliknya, justru menjadi perusak anak didiknya. Guru sebagai teladan
bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat
dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya. Karenanya guru
harus selalu berusaha memilih dan melakukan perbuatan yang positif agar dapat
mengangkat kewibawaannya, terutama di depan murid-muridnya. Disamping itu guru
juga harus mengimplementasikan nilai-nilai tinggi terutama yang diambilkan dari
ajaran agama, misalnya jujur dalam perbuatan dan perkataan.
Guru yang
demikian niscaya akan selalu memberikan pengarahan kepada anak didiknya untuk
berjiwa baik juga. Dalam menggerakkan murid, guru juga dianggap sebagai partner
yang siap melayani, membimbing dan mengarahkan muridnya. Djamarah dalam bukunya
“Guru dan Anak didik Dalam Interaksi Edukatif” menggambarkan bahwa: Guru adalah
pahlawan tanpa pamrih, pahlawan tanpa tanda jasa, pahlawan ilmu, pahlawan
kebaikan, pahlawan pendidikan”.
Kemuliaan hati
seorang guru diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Guru secara nyata dapat
berbagi dengan anak didiknya. Guru tidak akan merasa lelah dan tidak mungkin
mengembangkan sifat iri hati, munafik, suka menggunjing, menyuap, malas,
marah-marah dan berlaku kasar terhadap orang lain, apalagi terhadap anak
didiknya.
Guru sebagai
pendidik dan murid sebagai anak didik dapat saja dipisahkan kedudukannya, akan
tetapi mereka tidak dapat dipisahkan dalam mengembangkan diri murid dalam
mencapai cita-citanya. Disinilah kemanfaatan guru bagi orang lain atau murid
benar-benar dituntut, seperti hadits Nabi: ”Khoirunnaasi anfa’uhum linnaas,”
artinya sebaik-baiknya manusia adalah yang paling besar memberikan manfaat bagi
orang lain (Al Hadits).
B. Perkembangan Kepribadian Guru
Kepribadian
sesungguhnya adalah sesuatu yang abstrak, sukar dilihat atau diketahui secara
nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala aspek
kehidupan. Misalnya dalam tindakan, ucapan, caranya bergaul, berpakaian, dan dalam
menghadapi persoalan atau masalah.
Ada 3 faktor yang menentukan dalam
perkembangan kepribadian :
1.
Faktor bawaan
Unsur ini terdiri dari bawaan
genetic yang menetukan diri fisik primer
(warna mata, kulit) selain itu juga kecenderungan-kecenderungan dasar misalnya
kepekaan, penyesuaian diri.
2.
Faktor lingkungan
Faktor lingkungan seperti sekolah,
atau lingkungan sosial/budaya seperti teman, guru, dan lain-lain. Dapat mempengaruhi terbentuknya kepribadian.
3.
Interaksi bawaan dan lingkungan
Interaksi yang terus menerus antara
bawaan dan lingkungan menyebabkan timbulnya
perasaan aku/diriku dalam diri seseorang.
Kepribadian
guru terbentuk atas pengaruh kode kelakuan seperti yang diharapkan oleh
masyarakat dan sifat pekerjaannya. Guru harus menjalankan peranannya menurut
kedudukannya dalam berbagai situasi sosial.
Tingkah laku atau moral guru pada
umumnya, merupakan penampilan lain dari kepribadian. Bagi anak didik yang masih
kecil guru adalah contoh teladan yang sangat penting dalam pertumbuhannya, guru
adalah orang pertama sesudah orang tua, yang mempengaruhi pembinaan kepribadian
anak didik. Jika tingkah laku atau akhlak guru tidak baik, maka umunya akhak-akhlak anak
didik akan rusak, karena anak mudah terpengaruh oleh orang-orang yang
dikaguminya. Atau dapat juga menyebabkan anak didik gelisah, cemas atau
terganggu jiwa karena ia menemukan contoh yang berbeda atau berlawanan dengan
contoh yang selama ini didapatnya di rumah dari orang tuanya.
Menurut Athiyah
Al-Abrosy bahwasannya sifat-sifat yang seyogyanya dimiliki seorang guru:
- Hubungan guru dengan murid harus baik.
- Guru harus selalu memperhatikan murid serta pelajaran mereka.
- Guru harus peka terhadap lingkungan sekitar murid.
- Guru wajib menjadi contoh/teladan di dalam keadilan dan keindahan serta kemuliaan.
- Guru wajib ikhlas di dalam pekerjaannya.
- Guru wajib menghubungkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan.
- Guru harus selalu membaca dan mengadakan penyelidikan.
- Guru harus mampu mengajar bagus penyiapannya dan bijaksana dalam menjalankan tugasnya.
- Guru harus punya niat yang tetap.
- Guru harus sehat jasmaninya.
- Guru harus punya pribadi yang mantap.
Dalam situasi
kelas, guru menghadapi sejumlah murid yang harus dipandangnya sebagai anaknya.
Sebaliknya murid-murid akan memperlakukannya sebagai bapak guru dan ibu guru.
Berkat kedudukannya, maka guru di dewasakan atau di tuakan, sekalipun menurut
usia yang sebenarnya belum pantas menjadi orang tua.
Dalam
menjalankan peranannya sebagai guru, ia lambat laun membentuk kepribadiannya.
Ia diperlakukan oleh lingkungan sosialnya sebagai guru dan ia bereaksi sebagai
guru pula. Jadi ia menjadi guru karena diperlakukan dan belaku sebagai guru.
Kedudukannya
sebagai guru, akan membatasi kebebasannya serta dapat membatasi pergaulannya.
Seorang guru tidak akan diajak melakukan kegiatan yang rasanya kurang layak
bagi guru, tetapi seorang guru akan mencari pergaulannya terutama dari kalangan
guru yang sependirian dengannya.
C. Ciri-Ciri Stereotip Guru
Stereotip guru
adalah hal-hal yang sering dilakukan oleh para guru. Stereotip juga bisa
diartikan sebagai sifat kepribadian. Yang berkembang dimasyarakat adalah adanya
suatu anggapan bahwa yang stereotip selalu dianggap benar, sedangkan yang
diluar stereotip dianggap salah.
Ciri-ciri
stereotip guru, yaitu:
1.
Guru tidak memperlihatkan kepribadian yang
fleksibel
Ia cenderung mempunyai pendirian yang tegas dan mempertahankannya. Ia
kurang terbuka bagi pendirian lain yang berbeda karenanya ia sulit melihat
kebenaran pendapat orang lain atau cara orang lain memecahkan masalah.
2.
Guru pandai menahan diri
Ia selalu hati-hati dan tidak mudah menceburkan diri dalam pergaulan dengan
orang lain.
3.
Guru cenderung untuk menjauhkan diri untuk bergaul
dengan orang lain
Karena kecenderungan guru bergaul dengan orang lain, maka orang lainpun
sukar untuk mengadakan hubungan akrab dengan guru.
4.
Guru berusaha menjaga harga diri dan merasa
keterikatan kelakuannya pada norma-norma yang berkenaan dengan kedudukannya.
Maka dari itu ia berfikir, baginya guru itu orang yang terhormat dan karena
itu sebagai guru harus berprilaku sesuai dengan kedudukan itu.
5.
Guru cenderung bersikap otoriter dan ingin
“menggurui” dalam diskusi
Ia sebagai guru merasa orang yang serba tahu dalam kelas, sehingga dengan
merasa sebagai orang yang serba tahu ia akan akan memperlihatkan sikapnya itu
di luar kelas.
6.
Guru pada umumnya tidak didorong oleh motivasi yang
kuat untuk menjadi guru
Seseorang yang memasuki lembaga pendidikan guru, tidak sepenuhnya didorong
dari hati, melainkan sering karena pilhan lain tertutup, ataupun berkat
dorongan dari orang tua.
7.
Guru menunjukan kesediaan untuk berbakti dan
berjasa
8.
Guru pada umumnya tidak mempunyai ambisi yang kuat
untuk mencapai kemajuan
Ciri-ciri guru
diatas tidak dapat dibuktikan kebenarannya, namun orang akan mempunyai suatu
bayangan tertentu tentang pribadi guru pada umumnya, orang akan berinteraksi
dengan guru berdasarkan gambaran apa adanya.
Matsumoto
(1996) menunjukkan bahwa kita dapat belajar untuk mengurangi stereotip yang
kita miliki dengan mengakui tiga poin kunci mengenai stereotip, yaitu:
- Stereotip didasarkan pada penafsiran yang kita hasilkan atas dasar cara pandang dan latar belakang budaya kita. Stereotip juga dihasilkan dari komunikasi kita dengan pihak-pihak lain, bukan dari sumbernya langsung. Karenanya interpretasi kita mungkin salah, didasarkan atas fakta yang keliru atau tanpa dasar fakta.
- Stereotip seringkali diasosiasikan dengan karakteristik yang bisa diidentifikasi. Ciri-ciri yang kita identifikasi seringkali kita seleksi tanpa alasan apapun. Artinya bisa saja kita dengan begitu saja mengakui suatu ciri tertentu dan mengabaikan ciri yang lain.
- Stereotip merupakan generalisasi dari kelompok kepada orang-orang di dalam kelompok tersebut. Generalisasi mengenai sebuah kelompok mungkin memang menerangkan atau sesuai dengan banyak individu dalam kelompok tersebut.
D. Ketegangan dalam Profesi Keguruan
Setiap
pekerjaan mengandung aspek-aspek yang dapat menimbulkan ketegangan. Ketegangan
itu, tidak hanya ditentukan oleh sifat pekerjaan itu, akan tetapi juga
bergantung pada orang yang melakukannya. Ketegangan timbul, sebagai akibat
hambatan untuk mencari kepuasan yang dicari individu dari kedudukannya. Karena
sesungguhnya setiap orang ingin mencari kepuasan dalam pekerjaannya. Sifat
ketegangan itu bergantung pada apa yang ingin dicapai seseorang dalam
pekerjaannya. Kepuasan yang dicari oleh setiap individu berbeda-beda. Pekerjaan
yang dapat memberi kepuasan kepada sesorang belum tentu akan memberi kepuasan
kepada orang lain. Apa yang menimbulkan ketegangan bagi seseorang mungkin tidak
mempunyai pengaruh terhadap orang lain.Walaupun tugas yang mulia sebagai guru,
akan tetapi tidak selalu memberi kepuasan yang dicari orang dalam jabatannya.
Sebetulnya, apa yang diharapkan seorang guru dari jabatannya?
Yang diharapkan oleh seorang guru dari
jabatannya, antara lain:
1. Keuntungan
ekonomis, imbalan, finansial, gaji atau uang.
Gaji pekerja
atau pegawai pada umumnya tidak tinggi dibandingkan dengan gaji orang di
negara-negara yang maju. Secara finansial, jabatan guru tidak akan membuat
seorang jadi kaya.
Guru-guru pada
umumnya tidak begitu melibatkan diri dalam usaha mencari uang, namun menginginkan
adanya jaminan ekonomis, agar dapat menutupi biaya kehidupan sehari-hari
menurut keperluannya.
Gaji yang
tinggi memberi kesempatan untuk menabung, mendirikan rumah, membiaya pendidikan
anak, dan sebagainya.
Untuk mencari
jaminan ini, guru atau anggota keluarganya sering terpaksa mencari
sumber-sumber finansial lainnya. Jadi aspek finansial dapat menimbulkan
ketegangan dikalangan guru.
2. Status atau
kedudukan yang terhormat didalam masyarakat
Guru tidak
mempunyai gambaran yang jelas mengenai statusnya di tengah-tengah jabatan lain.
Guru banyak
berasal dari golongan rendah atau menengah rendah, dan memandang jabatan
sebagai guru sebagai jabatan untuk mendapatkan status yang lebih tinggi. Status
guru yang tidak begitu tinggi dalam mata masyarakat dan status yang tidak jelas
bagi guru sendiri, mungkin akan mengecewakan dan dapat mengganggu kesetabilan
kepribadiannya. Status guru yang tidak jelas ini, dapat menjadi sumber
ketegangan bagi orang yang mencari kenaikan statusnya melalui jabatannya.
3. Otoritas,
kewibaan, kekuasaan atas orang lain (peserta didik)
Sumber
ketegangan lain bagi gurru adalah otoritas guru untuk menghukum atau memberi
penghargaan kepada siswanya.
Tidak selalu
sama pendapat masyarakat apa yang harus dihargai atau dihukum, sehingga
menimbulkan ketegangan. Misalnya, jika melihat ada anak yang merokok, kemudian
guru menghukumnya. Sebagian orang tua ada yang menganggap hukuman itu terlalu
keras atau tidak pada tempatnya, sebaliknya ada juga orang tua yang
menginginkan agar anaknya diberi hukuman yang keras atas perlakuannya.
Demikianlah guru berada pada titik silang berbagai harapan dan tuntutan yakni
dari pihak orang tua dan masyarakat, dari pihak kepala sekolah dan
atasannya.Guru diharapkan agar mematuhi berbagai tuntutan dan berusaha melayani
permintaan berbagai pihak yang mungkin saling bertentangan sehingga dapat
menimbulkan ketegangan pada guru.
4. Status
Profesional
Tanpa melalui
pendidikan keguruan, seseorang dapat mengajar. Berbeda dengan profesi lainnya
seperti kedokteran atau hukum. Diadakannya akta IV dapat dipandang sebagai
pengakuan atas perlunya pendidikan khusus keguruan agar dapat mengajar dengan
tanggung jawab. Namun sampai saat ini, yang menjadi ketegangan guru, apakah
pekerjaan guru dapat diakui sebagai profesi.
5. Tanggung jawab
(pekerjaan) guru di dalam kelas
Di dalam kelas
guru diuji kemampuannya, kesanggupannya untuk mengatur proses belajar mengajar,
gangguan disiplin, kenakalan, kemalasan, ketidak mampuan anak dalam belajar
dapat menjadi sumber ketegangan dan frustasi bagi guru.
Dirasakan ada dan tidaknya ketegangan,
bergantung kepada kepuasan yang dicari seorang guru dalam profesinya.
Keberhasilan guru dalam membantu anak dalam pelajarnnya akan memberi kepuasan
bagi guru yang menjunjung tinggi profesi kegurannya dan kurang menghiraukan
penghargaan finansial yang diperolehnya.
E. Memilih Jabatan Guru
Sukar memperoleh data yang obyektif tentang pribadi calon
guru dan alas an untuk memilih pekerjaan sebagai guru. Bila calon-calon di
tanyakan tengtang alasan mereka memilih pekerjaan guru. Biasanya mereka
menjawab bahwa pilihan itu sesuai dengan cita-cita untuk berbakti kepada nusa
dan bangsa dengan mendidik generasi muda. Memilih jabatan guru sering tidak di
lakukan secara rasional. Lulusan SMA tidak bebas memilih dan memperoleh jurusan
atau fakultas menurut keingginan masing-masing. Karena keterbatasan tempat dan
banyaknya calon maka seorang menerima apa saja yang di peroleh dan merasa
beruntung walaupun tempat itu tidak sesuai dengan keinginan atau bakatnya. Studi
khusus yang mendalam perlu dilakukan untuk meneliti riwayat hidup dan motivasi
individu yang bersangkutan.Tak dapat disangkal kebanyakan guru bekerja dengan
penuh dedikasi dengan menunjukan kesedian yang tinggi untuk berbakti kepada
pendidikan anak dan masyarakat. Sekalipun guru tidak menonjolkan upah finansial
ia juga manusia biasa yang harus menghidupi keluarganya. Maka sudah selayaknya nasib
guru senangtiasa mmendapat perhatian pemerintah dan masyarakat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Guru adalah pendidik
dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, dengan tugas utamanya
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik.
Kepribadian adalah keseluruhan sikap,
perasaan, ekspresi dan tempramen seseorang, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, atau ucapan ketika
menghadapi suatu pesroalan.
Ciri-ciri
stereotip guru, yaitu:
1.
Guru tidak memperlihatkan kepribadian yang fleksibel
2.
Guru pandai menahan diri
3.
Guru cenderung untuk menjauhkan diri untuk bergaul dengan orang lain
4.
Guru berusaha menjaga harga diri dan merasa keterikatan kelakuannya pada
norma-norma yang berkenaan dengan kedudukannya.
5.
Guru cenderung bersikap otoriter dan ingin “menggurui” dalam diskusi
6.
Guru pada umumnya tidak di dorong oleh motivasi yang kuat untuk menjadi
guru
7.
Guru menunjukan kesediaan untuk berbakti dan berjasa
8.
Guru pada umumnya tidak mempunyai ambisi yang kuat untuk mencapai kemajuan
B. Saran
Sebagai seorang
pendidik, harus mampu menjalankan tugas dan kewajibannya terhadap peserta
didik. Sosok pribadi seorang guru, harus menjadi contoh bagi para peserta
didiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Hary.
2000. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi Tentang Berbagai Problem
Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Nasution. 2004.
Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Umar Fakhrudin,
Asep. 2009. Menjadi Guru Favorit. Jogjakarta: Diva Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar